"Kelas saya sangat teoritis, dan mereka tidak semenarik yang saya inginkan," jelas Komal Dadlani yang dikutip dari CNBC. Rasa frustasi Komal, mendorongnya pada sebuah ide dengan membuat pembelajaran sains menjadi lebih mudah diakses dan menyenangkan.
Menurut National Science Foundation di Amerika Latin, kurang dari 15 persen siswa mendapatkan gelar STEM (Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika).
Pada 2013, Komal Dadlani turut berkontribusi dalam mendirikan Lab4U dengan insinyur perangkat lunak Kolombia Alvaro Peralta. Perusahaan ini mengajarkan prinsip dasar sains dalam fisika, kimia, dan biologi. Hanya dengan mengaktifkan eksperimen dari aplikasi pada smartphone atau tablet.
Komal Dadlani memberi contoh seperti kamera ponsel yang dapat berfungsi untuk mengukur sampel warna dalam gelas air. Guna menggantikan colorimeter tradisional yang biasa digunakan di laboratorium seharga USD 500 atau Rp 7 juta (1 USD = Rp 14.254)
"Dengan bahan yang sangat mendasar, Anda benar-benar dapat menjalankan eksperimen," jelasnya.
Komal mengaku dengan penemuan yang ia lakukan, dapat memberi kemudahan sebagai pengganti dari alat-alat eksperimen yang mahal.
Lab4u yang didirikan oleh Komal Deadlani kini sudah mencapai pengguna lebih dari 100 ribu siswa di 20 negara. Pendapatan yang diperoleh mulai dari USD 15 setara dengan Rp 213 ribu per siswa selama satu semester.
Komali mengaku bahwa ia telah menghadapi beberapa kendala selama enam tahun terakhir. Mulai dari mengumpulkan biaya hingga menguji produk dengan siswa.
Bahkan aplikasi yang dibuat olehnya sempat dimaki oleh sejumlah orang. "Ada seorang siswa yang benar-benar melemparkan telepon ke wajahku sambil berkata aku tidak akan melakukan ini".
Bikin Aplikasi Pendidikan, Guru di India Mendadak Jadi Miliarder
Byju
Raveendran, seorang guru di India menyabet gelar miliadersetelah
aplikasi pendidikan yang ia buat meraup USD 150 juta atau Rp 2,1 triliun
(USD 1 = Rp 14.240).
Hal itu menjadikan bisnis Raveendran memiliki valuasi USD 5,7 miliar atau Rp 81,1 triliun, dan menjadikan kekayaan pribadinya meningkat hingga USD 1 miliar.
Dikutip dari CNBC, Rabu (7/8/2019), aplikasi yang dibuatnya didukung oleh perusahaan teknologi pendidikan termasuk di dalamnya Qatar Investment Authority, Tencent dan Mark Zuckerberg.
Berkat pencapaian yang diraihnya, ia menjadi orang terkaya paling muda pada umur 37 tahun di India.
Raveendran tumbuh di Desa Azhikode, India Selatan, merupakan anak dari seorang guru matematika dan fisika. Sebelumnya, miliarder ini pernah bekerja sebagai insinyur.
Namun pekerjaan yang dijalankan saat itu membuatnya sadar bahwa keahliannya adalah mengajar dan membantu teman-temannya dalam mengikuti ujian masuk perguruan tinggi.
Pada tahun 2011 bersama dengan pendiri lainnya, Raveendran mendirikan aplikasi belajar bernama 'The Learning App'. Sejak munculnya aplikasi tersebut, sang miliarder berhasil meraih 35 juta pengguna, di mana 2,5 juta pengguna berlangganan dan membayar setiap tahun sebesar USD 145 (Rp 2 juta) hingga USD 290 (Rp 4,1 juta).
Raveendar mengatakan ingin menjadikan pendidikannya seperti Disney untuk membantu anak-anak dalam belajar dengan karakter- karakter Disney yang menghibur.
"Anak-anak kerap berhubungan dengan Disney Simba atau Moana di mana saja. Maka sebelum itu kita membawa anak-anak ke dalam lingkaran pembelajaran," ungkap CEO Raveendran kepada Bloomberg.
Hal itu menjadikan bisnis Raveendran memiliki valuasi USD 5,7 miliar atau Rp 81,1 triliun, dan menjadikan kekayaan pribadinya meningkat hingga USD 1 miliar.
Dikutip dari CNBC, Rabu (7/8/2019), aplikasi yang dibuatnya didukung oleh perusahaan teknologi pendidikan termasuk di dalamnya Qatar Investment Authority, Tencent dan Mark Zuckerberg.
Berkat pencapaian yang diraihnya, ia menjadi orang terkaya paling muda pada umur 37 tahun di India.
Raveendran tumbuh di Desa Azhikode, India Selatan, merupakan anak dari seorang guru matematika dan fisika. Sebelumnya, miliarder ini pernah bekerja sebagai insinyur.
Namun pekerjaan yang dijalankan saat itu membuatnya sadar bahwa keahliannya adalah mengajar dan membantu teman-temannya dalam mengikuti ujian masuk perguruan tinggi.
Pada tahun 2011 bersama dengan pendiri lainnya, Raveendran mendirikan aplikasi belajar bernama 'The Learning App'. Sejak munculnya aplikasi tersebut, sang miliarder berhasil meraih 35 juta pengguna, di mana 2,5 juta pengguna berlangganan dan membayar setiap tahun sebesar USD 145 (Rp 2 juta) hingga USD 290 (Rp 4,1 juta).
Raveendar mengatakan ingin menjadikan pendidikannya seperti Disney untuk membantu anak-anak dalam belajar dengan karakter- karakter Disney yang menghibur.
"Anak-anak kerap berhubungan dengan Disney Simba atau Moana di mana saja. Maka sebelum itu kita membawa anak-anak ke dalam lingkaran pembelajaran," ungkap CEO Raveendran kepada Bloomberg.
www.iplaybet.ninja
IPLAYBET BANDAR ONLINE TERPERCAYA
CUKUP 1 ID BISA BERMAIN SEMUA GAMES :
SPORTBOOK, SLOTGAMES, LIVE CASINO, POKER, TANGKAS,TEMBAK IKAN
PROMO BONUS :
– WELCOME BONUS 100% (Langsung Diberikan)
– BONUS TOPUP 10%
– CASH BACK UP TO 15%
MINGGUAN REBATE :
– CASINO 0,8%
– SPORTSBOOK 0,5%
– SLOT GAMES 0,5%
– POKER 0,5%
Bank lokal Indonesia seperti BCA, BRI, BNI dan Mandiri. Untuk mempermudah melakukan Deposit dan withdraw
UNTUK INFO LEBIH LANJUT BISA LANGSUNG HUBUNGI KAMI ONLINE 24JAM :
LIVECHAT : www.iplaybet.ninja
WECHAT : IPLAYBET
LINE : IPLAYBET
PIN BB : IPLAYBET/7BF7DCC0
WA : +855975077869
» Thanks for reading Jarang Masuk Kuliah, Wanita Ini Justru Jadi Pengusaha Sukses
0 Response to "Jarang Masuk Kuliah, Wanita Ini Justru Jadi Pengusaha Sukses"
Posting Komentar